BUDAYA MALU DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

Wawan Wahyuddin

Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang
guru, (2) mendekripsikan sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang siswa, (3) mendeskripsikan
sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang abdi negara, (4) mendeskripsikan
sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang karyawan, dan (5) mendeskripsikan sifat malu
yang harus dibudayakan oleh seorang pemimpin. Rumusan masalah penelitian ini adalah (1)
Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang guru? (2) Bagaimana sifat malu yang
harus dibudayakan oleh seorang siswa? (3) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh
seorang abdi negara? (4) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang karyawan?
(5) Bagaimana sifat malu yang harus dibudayakan oleh seorang pemimpin? Penelitian ini menggunakan
metode kajian pustaka. Kajian pustaka dalam suatu penelitian ilmiah adalah salah satu
bagian penting dari keseluruhan langkah-langkah metode penelitian. Cooper (dalam Creswell)
mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa tujuan, yakni menginformasikan kepada
pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,
menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam
penelitian-penelitian sebelumnya. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Bangsa ini sudah semestinya
belajar membudayakan sifat malu. Dengan memiliki rasa malu ini, setiap individu baik rakyat
maupun wakil rakyat; politisi maupun pejabat publik, akan mampu mengendalikan diri, mengatur,
sekaligus menjaga lisan dan perilakunya, agar tetap terhormat. Seorang politisi atau wakil rakyat
misalnya, akan malu jika perilakunya tak mencerminkan, bahkan menciderai kehendak rakyat yang
diwakilinya. Begitu pula dengan pejabat publik, akan merasa malu jika dengan jabatannya itu justru
menipu rakyat. (2) Tipisnya rasa malu itulah yang kini terasa sangat mengganggu perjalanan
bangsa ini. Budaya malu yang sedemikian tipis, bahkan bisa dikatakan sama sekali tak ada itu,
telah mendorong para elit politisi negeri ini berlaku tidak pantas: ingin menang sendiri dan tak surut
sedikit pun, sekalipun langkah mereka keliru, dan bahkan mengkhianati aspirasi publik. (3) Semestinya
kita merasa malu jika gagal mengemban amanah. Belajar memiliki rasa malu itu, sesungguhnya
amat penting bagi kita untuk memelihara negeri ini. Para pejabat publik, wakil rakyat, juga elit politisi
kita, sudah saatnya untuk memulai belajar, dan membudayakan rasa malu itu. Agar mereka terhindar
dari perangkap kepentingan-kepentingan pragmatis yang memalukan itu. Mereka mesti memuliakannya,
untuk kemudian menjadi lentera bagi publik. Budaya malu ini wajib tumbuh dalam dunia politik,
pemerintahan, dan kehidupan dalam berbangsa. Selama kita tidak menumbuhkan rasa malu, selama
itu pula kita akan gagal menciptakan keadaan yang lebih baik bagi bangsa ini. Bagi politisi dan pejabat
publik, memiliki rasa malu itu sangat penting untuk kembali menumbuhkan kepercayaan publik.
Dengan menjaga rasa malu itu pulalah, kita akan menjadi bangsa yang bermartabat.
Kata Kunci: Budaya Malu, Nilai-nilai Pendidikan Budaya, dan Karakter Bangsa.


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.