SELERA SENI DAN KESALAHPAHAMAN SENI
Abstract
Berbicara atau membahas tentang seni dan perkembangan seni, atau juga menyangkut batasan batasan dalam seni dan berkesenian, barangkali sangatlah sukar dan menyulitkan. Kita mencoba memulai dengan membahas tentang batasan seni, karena seni bukanlah benda mati seperti halnya batu, maka seni akan selalu sulit untuk dibatasi, sebab seni itu pergerakan bersama perkembangan waktu sangatlah dinamis, selalu berubah-ubah dan selalu menuju perkembangan. Kemudian munculah pertanyaan. Bagaimana menyangkut kesalahpahaman dalam menafsirkan seni dan juga berbicara mengenai selera seni yang berbeda, baik itu berlaku untuk seniman, begitu juga untuk penanggapnya? Penulisan jurnal ini bukan tanpa alasan kalau harus ditulis oleh penulis. Mengingat kesalapahaman dan selera seni yang berlaku antara seniman maupun penanggapnya, seringkali menjadi pedebatan yang abadi sepanjang masa. Inilah sukar dan rumitnya dunia seni, di satu sisi dalam hakikat seni yang selalu mencari keindahan, di sisi lain nilai-nilai originalitas, subjektivitas dan selera selalu berseberangan satu dengan lainnya dalam tanggapan, dalam hal ini kemudian, memunculkan kesalahpahaman dalam seni dan selera. Seni tidaklah menyoal tentang salah dan benar, tetapi menyangkut pendekatan untuk mendapatkan jawaban indah dan kurang indah, itu saja ! sederhana dan tidak rumit sepertinya.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Dermawan Budiman. (1989). Pendidikan Seni Rupa. Bandung : Ganeca Exact.
Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.
Pusat Bahasa Departemen Pendidiksaan Nasional. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
DOI: http://dx.doi.org/10.30870/jpks.v2i2.2532
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My StatsThis work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Copyright @Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. All right reserved p-ISSN 2503-4626 | e-ISSN 2528-2387