Proses Penciptaan Teater Dalam Monolog Naskah “Berusaha Melawan Lupa” Karya : Acep Zam Zam Noor Pada Festival Lanjong ART Festival (LAF) Kutai Kertanegara Kalimantan Timur
Abstract
Abstract : Monologue art is a drama performing art that is played by one actor and can play several characters in the story. How to play this monologue art is quite difficult because an actor must work extra practice and look for lots of references. The ability of a monologue player must be multi-talented, he must master good vocal techniques, he must master the techniques of a trained body, he must have trained emotional intelligence so that the character of the characters in the monologue script can be maximally realized. In this study the author wants to convey information related to how to play a monologue and present it. The concept of presenting monologues is not much different from the concept of presenting drama in general, only the difference is being played by one actor. On this occasion the author took the moment of the process of creating a monologue at the Lanjong Art Festival held by the East Kalimantan Kutai Kartanegara Lanjong Foundation. The monologue manuscript was titled "Trying to Fight Forgotten" by Acep zam Zam Noor who is a national writer who has been recognized by the community. The concept of presenting a monologue "Trying to Fight Forgotten" by Acep Zam Zam Noor uses the approach of the concept of Ubrug Banten's performing arts which has the characteristics of a game that is more flexible and populist.
Abstrak : Seni monolog adalah sebuah seni pertunjukan drama yang dimainkan oleh satu orang pemeran dan dapat memainkan beberapa karakter tokoh dalam cerita. Cara memainkan seni monolog ini tergolong sulit karena seorang pemeran harus kerja ekstra berlatih dan mencari referensi yang banyak sekali. Kemampuan seorang pemain monolog haruslah multi talenta, dia harus menguasai tekhnik vokal yang baik, dia harus menguasai tekhnik olah tubuh yang terlatih, dia harus memeiliki kecerdasan emosional yang terlatih sehingga karakter tokoh dalam naskah monolog dapat terwujud dengan maksimal. Pada penelitian ini penulis ingin menyampaikan informasi terkait cara bermain monolog dan menyajikannya. Konsep penyajian monolog tidak jauh berbeda dengan konsep penyajian drama pada umumnya, hanya bedanya adalah dimainkan oleh satu orang pemeran. Pada kesempatan ini penulis mengambil momen proses penciptaan monolog pada acara Lanjong Art Festival yang dilaksanakan oleh Yayasan Lanjong Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Naskah monolog yang diangkat berjudul “Berusaha Melawan Lupa” karya Acep zam Zam Noor yang merupakan sastrawan nasional yang sudah diakui oleh masyarakat. Konsep penyajian monolog “Berusaha Melawan Lupa” karya Acep Zam Zam Noor ini menggunakan pendekatan konsep seni pertunjukan Ubrug Banten yang memiliki ciri khas permainan yang lebih fleksible dan merakyat.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Anirun, Suyatna. (2001). Menjadi Sutradara. Studiklub Teater Bandung, STSI PRESS, Bandung.
Durachman. C, Yoyo. (2008), Perkembangan Konsep Penyutradaraan (Bentuk dan Isi). Kelir, Bandung.
Danandjaja. 1983. “Fungsi Teater Rakyat Bagi Kehidupan Masyarakat Indonesia” Gramedia Jakarta
Dewojati, Cahyaningrum. 2012. “Drama Sejarah, Teori dan Penerapannya” Javakarsa Media Yogyakarta
Soemanto, Bakdi. (2001). Jagat Teater. Yogyakarta: Media Pressindo.
Smet,Bart. 1994. “Psikologi Kesehatan”. Gramedia jakarta.
Yudiaryani, 2002. “Panggung Teater Dunia” , Pusaka Gondho Suli Yogyakarta
DOI: http://dx.doi.org/10.30870/jpks.v4i2.6859
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My StatsThis work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Copyright @Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. All right reserved p-ISSN 2503-4626 | e-ISSN 2528-2387