PANDANGAN DAN SIKAP PEREMPUAN TERHADAP TOKOH PEREMPUAN

Ade Husnul Mawadah, Dase Erwin Juansah, Ade Anggraini Kartika Devi

Abstract


Dari beberapa film adaptasi, film Bumi Manusia menyita batin dan emosi perempuan karena novel tersebut mengangkat perjuangan seorang perempuan bernama Nyai Ontosoroh dalam mempertahankan harga dirinya sebagai perempuan pribumi (Indonesia) yang berada di lingkungan penjajah (Belanda). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memerikan pandangan dan sikap perempuan terhadap tokoh perempuan dalam film Bumi Manusia, sutradara Hanung Bramantyo. Metode yang digunakan ialah metode estetika resepsi dengan pendekatan eksperimental. Adapun data penelitiannya adalah 42 tanggapan penonton perempuan yang telah menonton film adaptasi novel Bumi Manusia Sutradara Hanung Bramantyo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penonton perempuan memiliki sensitivitas yang cermat dalam merespon tokoh perempuan dalam film Bumi Manusia.  Respons tersebut meliputi 1) tokoh perempuan yang paling berperan dalam menyuarakan persamaan hak, yakni 95,2 responden bersepakat jika Nyai Ontorosoh yang paling berperan dalam bersuara tentang persamaan hak perempuan. 2) Tokoh perempuan yang disukai, yakni 85,7% responden menyukai tokoh Nyai Ontorosoh. 3) Sikap Nyai Ontorosoh sebagai ibu dalam memperjuangkan hak asuh anaknya, yakni 97,6% responden menjawab setuju terhadap sikap tokoh Nyai Ontorosoh dalam memperjuangkan hak asuh anaknya (Annelies).  4) Pandangan atas kawin campur pribumi dan Belanda, yakni  61,9% responden setuju dengan praktik kawin campur antara Belanda dan Pribumi. 5) Sikap yang dipilih dalam memperjuangkan cinta, yakni  71,4% memilih jawaban melawan dengan berbagai cara untuk memperjuangkan cinta Annelies. 6) Keadilan yang diterima Nyai Ontorosoh, yakni sebanyak 88,1% responden beranggapan bahwa tokoh Nyai Ontorosoh tidak mendapatkan keadilan. 7) Pandangan atas praktik pergundikan di era kolonial, yakni  92,9% responden  tidak setuju terhadap praktik pergundikan . 8) Tokoh perempuan yang dipilih, yakni 61,9% memilih menjadi Annelies. 9) Sosok pendukung perjuangan Nyai Ontorosoh, yakni  88,1% responden beranggapan Nyai Ontorosoh dibantu  oleh orang lain dalam memperjuangkan kedudukannya sebagai perempuan pribumi. 10) Akhir perjuangan Nyai Ontorosoh, yakni sebanyak 64,3% menganggap perjuangan Nyai Ontorosoh tidak berhasil.

 

Dari beberapa film adaptasi, film Bumi Manusia menyita batin dan emosi perempuan karena novel tersebut mengangkat perjuangan seorang perempuan bernama Nyai Ontosoroh dalam mempertahankan harga dirinya sebagai perempuan pribumi (Indonesia) yang berada di lingkungan penjajah (Belanda). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memerikan pandangan dan sikap perempuan terhadap tokoh perempuan dalam film Bumi Manusia, sutradara Hanung Bramantyo. Metode yang digunakan ialah metode estetika resepsi dengan pendekatan eksperimental. Adapun data penelitiannya adalah 42 tanggapan penonton perempuan yang telah menonton film adaptasi novel Bumi Manusia Sutradara Hanung Bramantyo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penonton perempuan memiliki sensitivitas yang cermat dalam merespon tokoh perempuan dalam film Bumi Manusia.  Respons tersebut meliputi 1) tokoh perempuan yang paling berperan dalam menyuarakan persamaan hak, yakni 95,2 responden bersepakat jika Nyai Ontorosoh yang paling berperan dalam bersuara tentang persamaan hak perempuan. 2) Tokoh perempuan yang disukai, yakni 85,7% responden menyukai tokoh Nyai Ontorosoh. 3) Sikap Nyai Ontorosoh sebagai ibu dalam memperjuangkan hak asuh anaknya, yakni 97,6% responden menjawab setuju terhadap sikap tokoh Nyai Ontorosoh dalam memperjuangkan hak asuh anaknya (Annelies).  4) Pandangan atas kawin campur pribumi dan Belanda, yakni  61,9% responden setuju dengan praktik kawin campur antara Belanda dan Pribumi. 5) Sikap yang dipilih dalam memperjuangkan cinta, yakni  71,4% memilih jawaban melawan dengan berbagai cara untuk memperjuangkan cinta Annelies. 6) Keadilan yang diterima Nyai Ontorosoh, yakni sebanyak 88,1% responden beranggapan bahwa tokoh Nyai Ontorosoh tidak mendapatkan keadilan. 7) Pandangan atas praktik pergundikan di era kolonial, yakni  92,9% responden  tidak setuju terhadap praktik pergundikan . 8) Tokoh perempuan yang dipilih, yakni 61,9% memilih menjadi Annelies. 9) Sosok pendukung perjuangan Nyai Ontorosoh, yakni  88,1% responden beranggapan Nyai Ontorosoh dibantu  oleh orang lain dalam memperjuangkan kedudukannya sebagai perempuan pribumi. 10) Akhir perjuangan Nyai Ontorosoh, yakni sebanyak 64,3% menganggap perjuangan Nyai Ontorosoh tidak berhasil.

 


Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.30870/jmbsi.v6i1.11145

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Jurnal Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia