FAKTOR PENYEBAB PUTUS SEKOLAH PADA ANAK DI WILAYAH PEDESAAN (STUDI KASUS DI DESA SONOWANGI KABUPATEN MALANG)

Dias Putri Yuniar

Abstract


FAKTOR PENYEBAB PUTUS SEKOLAH PADA ANAK DI WILAYAH PEDESAAN

(STUDI KASUS DI DESA SONOWANGI KABUPATEN MALANG)

 

Dias Putri Yuniar1

Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Trunojoyo Madura1

[email protected] 1

 

ABSTRAK

Indonesia telah mencanangkan program wajib belajar 12 tahun dimulai tahun 2015, namun demikian tantangan di dunia pendidikan masih menjadi permasalahan yang perlu dicari penyebabnya agar dapat diberi solusi salah satunya adalah permasalahn putus sekolah pada usis wajib belajar (WA-JAR) di daerah pedesaan. Berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan penelitian studi kasus untuk mengetahui faktor-faktor penyebab anak putus sekolah usi remaja di wilayah pedesaan di Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil kajian pada Anak Putus Sekolah (APS) yang ada di Desa Sonowangi ini diketahui bahwa faktor-faktor penyebab anak putus sekolah adalah; (1) faktor keluarga, dimana keluarga merupakan role model bagi anak. pembiaran dan rendahnya motivasi yang diberikan oleh keluarga terutama orang tua dapat membuat anak tidak memiliki cita-cita dan mengandalkan orangtua dan warisan sebagai pegangan ekonomi kehidupannya. (2) faktor ekonomi, yang menjadi bagian dari faktor penyebab anak putus sekolah, bukan karena terbatasnya ekonomi orangtua namun karena merasa ekonominya cukup sehingga anak mengandalkan apa yang dimiliki oleh orang tua sebagai warisan secara turun temurun. Secara umum mansyarakat desa menganggap bahwa punya lahan atau toko sudah dapat menjadi pegangan untuk pekerjaan dan ekonominya. (3) faktor pernikahan dini, yaitu tradisi dimana menikah muda adalah solusi bagi remaja yang putus sekolah untuk memotivasi agar meraka bekerja setelah menikah dan masih tingginya persepsi manyarakat dalam menjudgment bahwa menikah usia 20an itu sudah terlambat. Alterntif kejar paket A, kejar paket B dan kejar paket C perlu diberikan dimana dirasa sesuai dengankebutuhan APS yang ada di wilayah pedesaan yang lebih membutuhkan skill untuk mengolah SDM yang ada di daerah tersebut.

 

Kata kunci : anak putus sekolah, wilayah pedesaan

Full Text:

PDF

References


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Ary H. Gunawan. (2010). Sosiologi pendidikan: Suatu analisis sosiologi tentang pelbagai problem pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Didik.G.Suharto, 2016, membangun Kemandirian Desa (Perbandingan UU No.5/1979,UU No.22/1999, & UU No.32/2004 serta Perspektif UU No.6/2014), Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Disdik, Kab. Malang. (2018). Satu Data. Malang: Dinas Pendidikan Kabupaten Malang

Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembagan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan) . Jakarta: Erlangga

John W. Adolescence. (2003). Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Kartini Kartono. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung : CV Mandar Maju.

Muangman. dalam buku Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press. 2016, edisi revisi.

Nasir Usman. (2009). Implementasi Manajamen Strategi Dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan,Cita Pustaka Media Perintis, Bandung.

Sarwono, dan Sarlito W. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers (cetakan ke-18). 2016.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Suyanto. 2013. “Penggunaan EFI Scannersebagai Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Minat, Motivasi, dan Prestasi Belajar Siswa.” Jurnal Pendidikan Vokasi Universitas Negeri Yogyakarta3(2): 192-209.

Willis, Sofyan. S. 2008. Siswa dan Masalahnya Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Siswa, Bandung : Alfabeta

World Health Organization. Definisi Sehat WHO: WHO; 1947 [cited 2016 20 February]. Available from: www.who.int.




DOI: http://dx.doi.org/10.30870/e-plus.v6i1.11428

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Jurnal Eksistensi Pendidikan Luar Sekolah (E-Plus) dibuat di bawah  Lisensi Internasional Creative Commons Attribution 4.0


 

Penghitung Bendera

Statistik Pengunjung