Studi Komparasi Program PVBO Jenis Pendidikan Kejuruan Ditinjau Dari Kurikulum, Model Pembelajaran, Dan Penjaminan Mutu

Nurcholish Arifin Handoyono

Abstract


Pendidikan kejuruan dapat dilalui dua jalur yaitu formal dan non formal. Meskipun memiliki dua jalur yang berbeda, namun memiliki filosofi yang sama yaitu berorientasi pada penyiapan tenaga kerja siap pakai. Dalam penelitian ini akan mengkajikan komparasi pendidikan kejuruan antara jalur formal dengan non formal ditinjau dari tiga aspek yaitu kurikulum, model pembelajaran, dan penjaminan mutu. Penelitian ini merupakan kajian dengan menggunakan metode studi kepustakaan atau literature review dari berbagai sumber baik jurnal nasional terakreditasi maupun internasional. Dari studi literatur didapatkan bahwa kurikulum pendidikan kejuruan formal difokuskan pada pengembangan kematangan karir dan disusun secara terpusat dan seragam oleh pemerintah yang diikuti oleh siswa dengan waktu relatif lama. Kurikulum pendidikan kejuruan non formal difokuskan pada kebutuhan siswa dan/atau masyarakat yang mendesak, dapat dipasarkan serta secara kritis memberikan arahan bagi kehidupan seorang. Model pembelajaran pendidikan kejuruan formal mengacu pada pendidikan berbasis kerja yang dikenal dengan Work Based Learning (WBL) sebagai bentuk pengalaman belajar di tempat kerja. Model pembelajaran pendidikan kejuruan non formal bertumpu pada Pengakuan Pembelajaran Lampau (RPL) untuk mencapai kualifikasi yang setara dengan pendidikan kejuruan formal. Penjaminan mutu pendidikan kejuruan dilakukan atas dasar memenuhi kepuasan stakeholders dan pemenuhan kriteria minimal pada SNP. Penjaminan mutu pendidikan kejuruan formal secara eksternal dilakukan oleh lembaga akreditasi, sedangkan secara internal dapat dilakukan melalui SPMI. Penjaminan mutu pendidikan kejuruan non formal dapat dilakukan oleh penitik pendidik maupun tenaga kependidikan yang bergerak di bidang pendidikan non formal. Pada pengendalian mutu hal yang perlu diperhatikan oleh semua pihak pendidikan kejuruan non formal adalah kepuasan dari stakeholders.

Full Text:

PDF

References


Republik Indonesia, “Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003,” in Sekretariat Negara, 2003. doi: 10.16309/j.cnki.issn.1007-1776.2003.03.004.

W. Djojonegoro, Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta, 1998.

J. F. Thompson, Foundations of Vocational Education. New Jersey: Prentice-Hall Inc, 1973.

C. R. Finch and J. R. Crunkilton, Curriculum Development in Vocational and Technical Education Planning, Content, dan Implementation, 5th ed. New York: Pearson, 1998.

A. L. N. Zahrok, “Implementasi sistem penjaminan mutu internal di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),” J. Akuntabilitas Manaj. Pendidik., vol. 8, no. 2, 2020, doi: 10.21831/jamp.v8i2.31288.

A. S. Denney and R. Tewksbury, “How to Write a Literature Review,” J. Crim. Justice Educ., vol. 24, no. 2, 2013, doi: 10.1080/10511253.2012.730617.

A. Tay, “How to write a superb literature review,” Nature, 2020, doi: 10.1038/d41586-020-03422-x.

H. M. Zulfiati, Pendidikan Karakter Perspektif Ki Hadjar Dewantara melalui Penguatan Modal Budaya. Purwokerto: CV. Amerta Media, 2020.

H. Sofyan, Pendidikan Teknologi Kejuruan. Yogyakarta: UNY Press, 2018.

H. Haerullah and E. Elihami, “DIMENSI PERKEMBANGAN PENDIDIKAN FORMAL DAN NON FORMAL,” J. EDUKASI Nonform., vol. 1, no. 1, 2020.

M. K. F. Raya, “Perbandingan Pendidikan Formal Dengan Pendidikan Pesantren,” J. Pendidik. Islam, vol. 6, no. 1, 2017, doi: 10.38073/jpi.v6i01.30.

R. Farrow, B. de los Arcos, R. Pitt, and M. Weller, “Who are the Open Learners? A Comparative Study Profiling Non-Formal Users of Open Educational Resources,” Eur. J. Open, Distance E-Learning, vol. 18, no. 2, 2015, doi: 10.1515/eurodl-2015-0013.

A. Atabekova, R. Gorbatenko, A. Belousov, R. Grebnev, and O. Sheremetieva, “What Challenges and Benefits Can Non-Formal Law and Language Integrated Learning Bring to University Students?,” Int. Educ. Stud., vol. 9, no. 6, 2016, doi: 10.5539/ies.v9n6p62.

M. Blaak, G. L. Openjuru, and J. Zeelen, “Non-formal vocational education in Uganda: Practical empowerment through a workable alternative,” Int. J. Educ. Dev., vol. 33, no. 1, 2013, doi: 10.1016/j.ijedudev.2012.02.002.

M. Pavlova and L. E. Munjanganja, “Changing Workplace Requirements: Implication for Education,” in International Handbook of Education for the Changing World of Work, Springer, 2009.

P. Sudira, “Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis Kompetensi Menyosong Skill Masa Depan,” in IHT Pembinaan Perguruan Tinggi Swasta Tahun 2013, 2013.

I. Suwanto, “Konseling Behavioral Dengan Teknik Self Management Untuk Membantu Kematangan Karir Siswa SMK,” JBKI (Jurnal Bimbing. Konseling Indones., vol. 1, no. 1, 2016, doi: 10.26737/jbki.v1i1.96.

W.-D. Greinert, “Mass Vocational Education and Training in Europe: Classical Models of The 19th Century and Training in England, France and Germany During The First Half of The 20th,” 2005.

A. Wiriadidjaja, L. Andriasanti, and A. Jane, “Indonesia-Germany Cooperation in Vocational Education and Training,” J. Local Gov. Issues, vol. 2, no. 2, pp. 178–192, 2019, doi: 10.22219/logos.vol2.no2.178-192.

I. Brunetti and L. Corsini, “School-to-Work Transition and Vocational Education: a Comparison Across Europe,” Int. J. Manpow., vol. 40, no. 8, pp. 1–24, 2019, doi: 10.1108/IJM-02-2018-0061.

C.A.Prosser and T. A. Quigley, Vocational Education in a Democracy. Chicago: American Tech. Society, 1950.

M. Gessler and F. Howe, “From the reality of work to grounded work-based learning in German vocational education and training: Background, concept and tools,” International Journal for Research in Vocational Education and Training, vol. 2, no. 3. 2015. doi: 10.13152/IJRVET.2.3.6.

M. Maurer, “The ‘recognition of prior learning’ in vocational education and training systems of lower and middle income countries: An analysis of the role of development cooperation in the diffusion of the concept,” Res. Comp. Int. Educ., vol. 16, no. 4, 2021, doi: 10.1177/17454999211061244.

P. O’Leary, D. Goggin, and I. Sheridan, “a Current Overview of Recognition of Prior Learning (Rpl) in Irish Higher Education,” Inted2015 9Th Int. Technol. Educ. Dev. Conf., no. April 2016, 2015.

M. Santoso et al., Rekognisi Pembelajaran Lampau. Jakarta: Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2015.

L. Moldovan, “Framework indicators for European quality assurance in VET towards environmentally sustainable economy,” in Procedia Manufacturing, 2018, vol. 22. doi: 10.1016/j.promfg.2018.03.141.

Presiden, PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara, 2005.

F. S. Raharjo, “Pembentukan Karakter dan Pengembangan Kompetensi Siswa Pendidikan Teknik di SMK Katolik Santo Mikael Surakarta melalui Penerapan Total Quality Management,” J. Penelit. dan Eval. Pendidik., vol. 8, no. 2, 2006, doi: 10.21831/pep.v8i2.2001.

S. R. Mas, Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan. Yogyakarta: ZAHR publishing, 2017.

Hiyanto, “PENGENDALIAN MUTU PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL,” 2010.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.