DESAKRALISASI PARTAI POLITIK ISLAM PADA AWAL REFORMASI DI INDONESIA
Abstract
Abstract: This study aims to determine (1) the emergence of Islamic parties at the beginning of the reformation (2) the relationship between the desacralization of Islamic parties and the defeat of Islamic parties. The research method applied is the historical method. The results showed that (1) the emergence of so many Islamic parties at the beginning of the reformation was one of the impacts of President B.J Habibie's policy which opened the faucet of democracy by providing opportunities for all citizens of the Republic of Indonesia to form associations and gather through political parties. (2) The presence of an Islamic political party in the 1999 election contestation did not get the majority support from the public so that it failed to emerge as the main winner. The failure of Islamic parties to gain popular support cannot be separated from Nurcholish Madjid's idea of the desacralization of Islamic parties through the jargon of Islam yes, Islamic party no. In addition, the failure of Islamic parties to gain popular support, because the number of Islamic parties is so large that the voter's voice from among Muslims is divided, and Islamic parties are unable to compete with nationalist parties both in terms of financial and work programs offered to voters.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kemunculan partai Islam pada awal reformasi (2) keterkaitan antara desakralisasi partai Islam dengan kekalahan partai Islam. Metode penelitian yang diterapkan ialah metode historis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemunculan partai Islam yang begitu banyak pada awal reformasi merupakan salah satu dampak dari kebijakan Presiden B.J Habibie yang membuka keran demokrasi dengan memberikan kesempatan kepada segenap warga negara Republik Indonesia untuk berserikata dan berkumpul melalui jalur partai politik. (2) Kehadiran partai politik Islam dalam kontestasi pemilu 1999 tidak mendapat dukungan mayoritas dari masyarakat sehingga gagal tampil sebagai pemenang utama. Kegagalan partai Islam memperoleh dukungan rakyat tidak dapat dilepaskan dari gagasan Nurcholish Madjid tentang desakralisasi partai Islam melalui jargonnya Islam yes, partai Islam no. Selain itu, kegagalan partai Islam meraih dukungan rakyat, karena jumlah partai Islam sangat banyak sehingga suara pemilih dari kalangan Islam terbagi-bagi, dan partai Islam kalah bersaing dengan partai nasionalis baik dari segi finansial maupun program kerja yang ditawarkan kepada pemilih
Keywords
Full Text:
PDF (Indonesian)References
Asrori, A. (2015). Radikalisme di Indonesia: Antara Historisitas dan Antropisitas. Kalam, 9(2), 253–268.
Azhar, M. A. (2012). Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi: Fenomena Rent Seeker Pengusaha jadi Penguasa. Publica, 2(1).
Azra, A. (2002). Konflik Baru Antar Peradaban: Globalisasi, Radikalisme, dan Pluralitas. Rajawali Pers.
Besman, A., & Sjuchro, D. W. (2021). Management of Communism Issues in The Soekarno Era (1959-1966). Review of International Geographical Education Online, 11(5), 48–56.
Crouch, H. (1986). Militer dan Politik di Indonesia. Pustaka Sinar Harapan.
Effendi, M. R. (2003). Pemikiran Politik Islam di Indonesia: antara Simbolistik dan Substantivistik (Kajian PRA, Masa, dan Pasca Orde Baru). Mimbar: Jurnal Sosial Dan Pembangunan, 19(1), 89–105.
Fatah, E. S. (2000). Zama Kesempatan: Agenda-Agenda Besar Demokratisasi Pasca Orde Baru. Mizan.
Fatwa, A. . (2000). Satu Islam Banyak Partai. In A. M. DZ (Ed.), Islam di Temgah Arus Transisi. Kompas.
Gafar, A. (2006). Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Pustaka Pelajar.
Hamdan, Y. (2003). Aktualisasi Politik Islam Indonesia: Belajar dari Perolehan Suara Partai Islam dalam Pemilu. Mimbar: Jurnal Sosial Dan Pembangunan, 19(1), 33–47.
Hidayat, K. (2021). Imajinasi Islam: Sebuah Rekonstruksi Islam Masa Depan. PT.Pustaka Alvabet.
Jainuddin, J. (2019). Islam Dan Politik Orde Lama; Dinamika Politik Islam Pasca Kolonial Sejak Kemerdekaan Sampai Akhir Kekuasaan Soekarno. SANGAJI: Jurnal Pemikiran Syariah Dan Hukum, 3(2), 225–243.
Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Tiara Wacana.
Lay, C. (2006). Involusi Politik: Esei-Esei Transisi Indonesia. Program S2 Politik Lokal dan Otonomi Daerah UGM.
Masroer. (2017). Gagasan Nasionalisme Indonesia Sebagai Negara Bangsa Dan Relevansi Dengan Konstitusi Indonesia. Sosiologi Agama: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama Dan Perubahan Sosial, 11(2).
Maula, B. S. (2019). Post-Islamisme dan Gerakan Politik Islam Dalam Sistem Demokrasi Indonesia. Al-Daulah: Jurnal Hukum Dan Perundangan Islam, 9(1), 90–116.
Noer, D. (1998). Mengapa Partai Islam. In S. L. Hassan (Ed.), Memilih Partai Islam: Visi, Misi, dan Persepsi. Gema Insani Press.
Qodir, Z. (2012). Sosiologi Politik Islam: Kontestasi Islam Politik dan Demokrasi di Indonesia. Pustaka Pelajar.
Qomar, M. (2021). Moderasi Islam Indonesia: Wajah Keberagamaan Progresif, Inklusif, dan Pluralis. IRCiSoD.
Romli, L. (2006). Islam Yes, Partai Islam Yes: Sejarah Perkembangan Partai-Partai Islam di Indonesia. Pustaka Pelajar.
Setowara, S., & Soimin. (2013). Agama dan Politik Moral. Intrans Publishing.
Shobron, S. (2012). Partai Islam Kontemporer: Dari Ideologis ke Pragmatis. Ishraqi, 10(1), 201.
Sukidi. (1999). Desakralisasi Partai Islam. In Mengapa Partai Islam Kalah? Perjalanan Politik Islam Pra-Pemilu 99 Sampai Pemilihan Presiden. Alvabet.
Zaprulkhan. (2019). Pengantar Filsafat Islam. IRCiSoD.
Zawawi, A. (2015). Politik Dalam Pandangan Islam. Jurnal Ummul Qura, 5(1), 85–100.
DOI: http://dx.doi.org/10.30870/candrasangkala.v8i1.14354
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats
Statistic Counter since April 2022
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah (CJPS) ISSN: 2477-8214 (online) | ISSN: 2477-2771 (print)
Published by Department of History Education Universitas Sultan Ageng Tirtayasa in collaboration with Perkumpulan Program Studi Pendidikan Sejarah Se-Indonesia (P3SI) and Perkumpulan Prodi Sejarah se-Indonesia (PPSI)
Address: Jl. Ciwaru Raya No. 25, Sempu, Kota Serang, Banten 42117, Indonesia
Email: [email protected]
MAP OUR OFFICE: