Maintaining Direct Regional Head Elections, Solutions or Challenges?
Abstract
The discourse of simultaneous local elections in 2024 is still being debated by by-election and democracy observers. Based on Article 201 paragraph (8) of Law Number 10/2016 concerning the Election of Governors, Regents, and Mayors, simultaneous national voting for regional elections in all regions of Indonesia will be held in November 2024. This event, known as Pilkada, is being discussed by the government with the DPR and is nearing its end. One of the prominent debates is whether the Pilkada will be changed from where the Governor and the Regent/Mayor are elected directly through elections to where the Provincial DPRD elects the Governor. The Regent/Mayor is still elected through elections. Does the question arise whether the direct or indirect Pilkada is a solution or a challenge? Direct Pilkada means that the filling of regional head positions is carried out through a general election (election) or is elected directly by the people-voters. Indirect elections seem to mean that regional heads are elected not directly by the people's voters but by the Regional People's Representative Council (DPRD) or appointed (appointed) by officials above them. Does this paper examine whether the Pilkada, conducted directly or indirectly, is a solution to democracy in Indonesia, or is it a challenge?
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Aminullah, M. (2018). MEMBANGUN POLITIK HUKUM PEMILIHAN KEPALA DAERAH YANG DEMOKRATIS DI INDONESIA. JURNAL SPEKTRUM HUKUM, 15(1), 71-88.
Arikunto, S. (2010). Metode peneltian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azhari, A. A. (2012). Politik Uang dalam Pemilukada Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2010. Dinamika Politik, 1(01).
Aziz, M. A. (2016). Pilkada Serentak melalui DPRD: Sebuah Gagasan Mewujudkan Pilkada Demokratis Perspektif Pancasila dan UUD 1945. Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review, 1(2), 154-170.
Chakim, M. L. (2014). Perubahan Sistem Pemilihan Kepala Daerah dalam Dinamika Pelaksanaan Demokrasi. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 3(1), 113-127.
Chaniago, P. S. (2016). Evaluasi Pilkada Pelaksanaan Pilkada Serentak Tahun 2015. Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review, 1(2), 196-211.
Chaniago, P. S. (2016). Mempertahankan Pilkada Langsung. JURNAL POLINTER: KAJIAN POLITIK DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL, 2(1), 33-45.
Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Hakim, S. (2018). Dampak Negatif Pemilihan Kepala Daerah Langsung dan Pemilihan Kepala Daerah melalui DPRD serta Pemilihan Kepala Daerah Ideal. Sawala: Jurnal Administrasi Negara, 6(2), 140-147.
Hasibuan, R. I. H. (2020). Efektivitas Pemilihan Kepala Daerah Melalui Dprd Dan Pemilihan Secara Langsung Oleh Rakyat Dalam Sistem Demokrasi (Studi Di Kota Medan) (Doctoral dissertation).
Ibrahim, A. (2008). Legislasi dalam Perspektif Demokrasi: Analisis interaksi politik dan hukum dalam proses pembentukan peraturan daerah di Jawa Timur (Doctoral dissertation, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro).
Insiyah, S., Nugraha, X., & Danmadiyah, S. (2019). Pemilihan Kepala Daerah Oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah: Sebuah Komparasi Dengan Pemilihan Secara Langsung Oleh Rakyat. Supremasi Hukum: Jurnal Penelitian Hukum, 28(2), 164-187.
Isa, R. (2009). Pemilihan Kepala Daerah Langsung Sebagai Legitimasi Kepemimpinan di Era Otonomi Daerah. Jurnal Inovasi, 6(02).
Junaidi, V. (2016). Pelanggaran Sistematis, Terstruktur dan Masif: Suatu Sebab Pembatalan Kehendak Rakyat dalam Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2010. Jurnal Konstitusi, 7(5), 041-072.
Law Number 32 of 2004 concerning Regional Government.
Legowo, T. A. (2005). Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, Good Governance dan Masa depan otonomi daerah. Jurnal Desentralisasi, 6(4), 1-13.
Ma’riyah, C. (2012). Menggugat Politik Dinasti Dalam Pemerintahan Indonesia. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Edisi, 36.
Nazir, M. (1988). MetodePenelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nazriyah, R. (2016). Penyelesaian Sengketa Pilkada Setelah Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XI/2013. Jurnal Konstitusi, 12(3), 447-472.
Nugraha, F. (2017). Persepsi tokoh p0litik terhadap model pemilukada gubernur. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 14(1), 119-127.
Pardede, M. (2018). Legitimasi Pemilihan Kepala/Wakil Kepala Daerah dalam Sistem Pemerintahan Otonomi Daerah. Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN, 1410, 5632.
Putra, D. K. S. (2019). Komunikasi CSR politik: membangun reputasi, etika, dan estetika PR politik. Prenada Media.
Respationo, H. S. (2013). Pemilihan Kepala Daerah Dalam Demokrasi Electoral. Masalah-Masalah Hukum, 42(3), 356-361.
Rifayani, S. D., Harsasto, P., & Martini, R. (2013). Implikasi Kedudukan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Demokratisasi dan Efektivitas Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Journal of Politic and Government Studies, 2(3), 46-57.
Somantri, G. R. (2005). Memahami Metode Kualitatif. Makara Hubs-Asia, 9(2), 57-65.
Sulardi, S., & Sulistyaningsih, T. (2017). Konstruksi Regulasi Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menuju Sistem Pemilihan Kepala Daerah yang Demokratis dan Aspiratif. Jurnal Media Hukum, 24(1), 24-34.
Suyatno, S. (2016). Pemilihan kepala daerah (pilkada) dan tantangan demokrasi lokal di Indonesia. Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review, 1(2), 212-230.
Wahyudi, S. S. (2009). Demokrasi di tingkat lokal. Jakarta: Kmenterian Pendidikan dan Kebudayaan.
Widianingsih, Y. (2017). Demokrasi dan pemilu di indonesia: suatu tinjauan dari aspek sejarah dan sosiologi politik. Jurnal signal, 5(2).
Winarni, I. (2014). Kajian yuridis tentang kewenangan gubernur dalam pembinaan aparatur daerah di wilayah Propinsi DKI Jakarta menurut peraturan Gubernur DKI Jakarta nomor 163 tahun 2010. SKRIPSI-2014.
DOI: http://dx.doi.org/10.31506/jog.v7i3.16325
Refbacks
- There are currently no refbacks.
⟨Recent Issues⟩ | ⟨Upcoming Issues⟩ |
Recent Issues
Volume 6, Issue 2: (2021) | Volume 6, Issue 1: (2021) | Volume 5, Issue 2: (2020) | Volume 5, Issue 1: (2020) | Volume 4, Issue 2 (2019) |